HIRARKI "FAMOUS" DI INDONESIA

 HIRARKI "FAMOUS" DI INDONESIA


Indonesia merupakan negara yang memiliki rakyat dengan seribu kelucuan. Toleransi katanya, tapi bukan nyatanya. Saling dukung bilangnya, tapi bukan perbuatannya. Hidup di masyarakat harus punya standar, ditambah dengan era digital. Sosial media sudah jadi kasta tak kasat mata. Generasi tanpa basa-basi, tapi jarang lihat lain sisi. Tampak di depan harus baik, kalau di belakang boleh brandal.  Muncul pula para pejuang keadilan sosial yang sering kali membela yang dirasa suka. Perkara beda pandangan nomor dua, yang penting sedang banyak yang iba. Hidup bersosial di zaman sekarang harus pintar memberi dampak. Niatnya harus menjadi benar, tidak boleh jadi apa adanya. Begitulah sekira penulis melihat keadaan saat ini. Hingga terbentuklah sebuah Hirarki Famous di Indonesia.





0. ATTITUDE

    Tata krama memang tidak pernah diajarkan secara langsung disekolah. Walau begitu, tata krama merupakan kunci dalam bersosial. Semua yang hebat pasti memahami betul apa arti kesopanan. Dalam berbagai kegiatan ataupun interaksi, tata krama akan selalu dijunjung tinggi. Namun, sama halnya dengan angka nol yang berada diatas satu, dilihat saat ditemukan. Tata Krama akan dilihat saat sudah lama mengenal atau setelah berbuat salah. Penilaian sopan dan tidak sopan menjadi penilaian tertinggi, namun diperhatikannya sedikit. Orang tua dan guru kita selalu mengajarkan nilai-nilai kesopanan. Namun, tidak semua hal bisa masuk dan terpatri di dalam kepala dalam waktu yang singkat. Wajarnya, seseorang akan memahami betul jika ia sudah merasakan dan mempraktekan. Tidak jarang anak-anak yang tampak brandal, tetapi sopan tiada tara. Mereka yang paham betul untuk menghargai manusia, seringkali diliat sebelah mata. Asal tampak baik di depan orang, maka sudah cukup untuk dipercaya.

1.  GOOD LOOKING

    Posisi nomor satu dipegang oleh “Good Looking”. Seperti biasa, banyak yang bilang jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Hal itu sama seperti jangan menilai orang dari luarnya saja. Namun, apa yang diucapkan tidak sama dengan yang dipraktekkan. Masyarakat seringkali berusaha untuk tidak menilai orang dari luarnya saja. Tapi itu pun dengan “berusaha”. Karena pada dasarnya kita pasti akan mengarah ke penampilan pada saat pertama kali bertemu. Penampilan menjadi point pertama yang akan menentukan bahwa hidup kamu nyaman atau tidak saat bersosialisasi. Bahkan, peristiwa cantik jelita dan tampan rupawan sudah seringkali muncul di media-media besar. Tak jarang pula para public figure ternama menyeret orang yang mirip dengan mereka untuk dijadikan ladang penghasilan. Paradigma masyarakat pun sudah terbentuk sedemikian rupa.

“Dia penjahat, tapi penampilannya baik. Mungkin sedang sial”

“Narkoba dia, pantas saja penampilannya seperti tidak pernah terawat. Dasar sampah masyarakat”

Dialog diatas tidak jarang kita jumpai di kolom komentar sosial media, bahkan obrolan ibu-ibu nyayur. Tak ada simpati saat kamu tidak good looking. Berbuat baik pun hanya akan jadi selebrasi sementara. Tapi saat berbuat salah. Kamu akan dicaci dengan waktu yang lama. Maka, jadilah good looking seperti keinginan masyarakat, dan kamu akan mendapatkan hirarki tertinggi.

2. RICHABLE

    Beli sepatu Air Jordan biar gaya makin kece dan bisa eksis di dunia sosialita. Tampil dengan barang baru biar terlihat punya banyak uang disaku celana. Masyarakat Indonesia selalu pintar dalam menyembunyikan identitas saat bersosial. Apalagi keadaan ekonomi. Banyak yang rela terlihat trendi walau dirumah susah membeli nasi. Parahnya lagi, saat ini nilai seseorang ditentukan dari seberapakah baik dia dalam menghasilkan uang. Setelah kita membahas posisi tertinggi yaitu “Good Looking”, maka kali ini kita berada di nomor urut dua, “Richable”. Kalau tampangmu memang sudah kurang, maka usahakanlah untuk memiliki harta yang banyak. Setidaknya mereka akan segan dan respect tipis-tipis kepadamu. Semua orang memang memerlukan uang, tak terkecuali saya. Tapi beda halnya jika kamu ingin menjadi yang “dipandang”. Saat kamu kaya, maka akan banyak orang yang senang dengan keadaanmu. Akan ada orang yang mencari cara untuk kaya sepertimu, mencari pandangan hidupmu, bahkan mencari silsilah keluargamu. Masyarakat Indonesia itu gemar sekali menikmati kesuksessan orang lain. Dengan anggapan bahwa dia bisa menjadi dirimu. Maka jangan heran saat kamu punya banyak uang, kontak Whatssap mu menjadi penuh. Setiap hari ada saja yang menanyakan kabar, traffic sosial media mu meningkat drastis, bahkan bisa sampai swipe up. Maka saat Itulah kamu berada di urutan kedua untuk famous di Indonesia.

3.  JABATAN

“Dia tuh anaknya anggota penjaga surga lohh”

“Ehhh, kalo nggak salah kamu udah jadi CEO dari perusahaan itu kan? Perusahaan Batu Ginjal”

    Dominannya manusia akan merasa bangga ketika ia bisa menaikkan derajat dimata masyarakat. Banyak sekali orang yang berusaha untuk bisa menaikkan strata sosial. Banyak yang berhasil, lebih banyak yang gagal. Manusia makhluk sosial katanya, tapi senang sekali kalau bisa diatas dan melihat manusia bawah. Tapi tenang, jabatan hanya berada di nomor urut tiga. Karena pada dasarnya orang mengincar jabatan bukan hanya untuk dipandang hebat, tapi untuk mengumpulkan kekayaan. Percuma jabatanmu sebagai kepala pemimpin keamanan disebuah kantor, tapi penghasilanmu kalah dari supir pribadi selebriti. Karena memang intensinya akan kembali ke uang, demi uang, dan untuk uang.

4.  KEMAMPUAN/SKILL

Nahhh, siapa yang ngira kalau kemampuan kamu tuh berada di posisi empat. Memang semua hal itu butuh yang namanya kemampuan, tapi karena “butuh”. Ketika kamu memerlukan sesuatu dan kamu tidak bisa, maka saat Itulah kamu akan meminta bantuan, bukan? Kamu nggak akan ngerjain semua hal di dunia ini dengan diri sendiri. Kita akan selalu mencari dan mencari orang yang mampu membantu kita. Saat Itulah “kemampuan” seseorang akan dilihat.

5.  BANG, AGAMANYA APA?

    Ini adalah hal paling bawah yang akan menjadikan kamu terlihat di masyarakat. Kita sadar betul bahwa toleransi di Indonesia cukup fluktuatif. Terkadang bertoleransi tinggi, tapi sering juga tidak peduli. Ucapan dan pertanyaan yang sering saya liat salah satunya adalah “Bang, agamanya apa?’. Dari begitu banyak pertanyaan yang terlontar, menurut saya ini adalah hal yang begitu menarik. Pada dasarnya mereka yang bertanya hanyalah menginginkan keyakinan. Keyakinan bahwa mereka mengidolakan orang yang seiman. Muncul rasa tenang ketika mengetahui idola, teman, atau bahkan pemimpin mereka seiman. Itulah mengapa agama menjadi sebuah cara untuk mereka meyakinkan diri mereka sendiri.



 

 

 

















Comments

Popular Posts