Terlalu Percaya Bakat Malah Bikin Sesat

 

“Bakat kamu disitu, dek!”

“Kamu kembangin dibakat kamu aja, dek!”

“Pasti kamu sukses sama bakat yang kamu punya!”

    Tiga kalimat diatas sering banget kita dengar dari lingkungan atau bahkan keluarga sendiri. Katanya mereka sih, bakat yang kita punya jika dikembangkan maka akan mendapatkan sukses. Penilaian terhadap bakat sendiri sering banget dilihat dari aspek kebiasaan atau juga kepandaian. Kayak temen lu yang jago banget main alat musik, lalu semua orang bilang bahwa dia berbakat di bidang musik, Padahal faktanya, ada perjuangan serta proses yang dia laluin buat bisa berhasil dan jago main alat musik itu. Kalo ditanya, bakat itu sebenarnya apasih? jangan jawaban definisi Wikipedia ataupun Blog lainnya. Tapi coba kamu tanya diri kamu sendiri, bakat itu apasih? Hal apa yang bisa ngebuat kamu disebut “Berbakat”. Apakah kepandaian kamu bermain game bisa disebut bakat? Atau kemampuan kamu buat memikat lawan jenis bisa juga disebut bakat? Banyak hal rancu yang terkandung dalam kata bakat sendiri. Kalau kamu belum nemu jawabannya, coba deh baca ini.

    Sebenarnya tidak ada yang salah dari kata bakat itu sendiri. Kata “Bakat” sendiri bisa membuat kepercayaan diri seseorang menjadi lebih, sehingga orang tersebut bisa bersamangat dalam menjalani kehidupan. Sama halnya dengan anak kecil yang diberitahu orang tuanya bahwa dia berbakat dalam bidang Matematika. Orang tua anak tersebut memiliki niat baik agar anak lebih semangat dalam belajat, terutama dalam bidang Matematika. Kita sendiri pun sering sekali memberitahu teman kita atau orang lain mengenai bakatnya. Melihat teman kita bisa bermain bola, kita akan menyebutnya berbakat dalam bidang olahraga. Teman kita yang mendengar ucapan kita tadi pun langsung memberikan keyakinan pada dirinya bahwa ia berbakat, sehingga sepanjang semangatnya ia akan terus mempelajari bidang olahraga tanpa hal lain. Lalu, dimana buruknya? Penjelasan diatas baik semua kok. Penjelasan diatas memang baik, tapi bagaimana jika bakat tersebut menjadi zona nyaman. Seperti yang sering disebut di era ini, “Keluar dari zona nyaman”. Hal ini tidaklah salah, karena dengan kita keluar dari zona nyaman, maka kemampuan kita bisa bertambah serta pengalaman yang kita punya semakin luas dan juga banyak. Nahh, sudah mulai terlihatkan pro dan kontranya. Coba deh kamu pikirin dulu mengenai bakat dan zona nyaman. Udah? Yuk kita lanjut.

“Kamu bisanya apa?”

“Minat kamu dimana?”

“Pernah dapet prestasi apa aja?”

    Wahh pertanyaan diatas pasti gampang banget kita jawab kalau kita fokus dibakat kita yaa. Eitsss, jangan salah loh. Bisa jadi pertanyaan diatas menilai seberapa besar perkembangan kamu. Kalau kamu percaya sama bakat kamu, lalu kemampuan yang lain kamu sebut apa? Semua proses yang kamu jalani, kalau disebut bakat, bagaimana? Hidup begitu penuh dengan yang namanya perjuangan. Tidak berjuang maka tidak bisa senang. Lalu mengapa terlalu percaya bakat dapat membuat sesat? Coba kita ambil dari studi kasus dibawah ini. Lingga adalah anak yang pintar sekali dalam Sains. Semua hal yang berbau Sains ia pelajari, bahkan Lingga tidak luput mengikuti lomba-lomba yang berbau Sains. Satu sisi, Lingga ingin sekali bisa bermain musik. Ia ingin sekali bisa bermain gitar dan juga piano, tetapi orang disekitarnya bilang bahwa dia berbakat dalam bidang Sains. Lingga begitu percaya akan hal tersebut, sehingga ia menurunkan niatnya mempelajari musik. Pikirnya, ia hanya akan membuang waktu jika bermain alat musik, lebih baik ia mengembangkan bakatnya saja. Studi kasus tersebut menunjukkan betapa bahayanya steorotype bakat yang memiliki kesalah pahaman. Seandainya saja Lingga tidak terlalu percaya dengan bakatnya, maka ia akan mempelajari musik dan bisa saja hebat dalam bidang tersebut. Inilah yang menjadi bahaya. 

    Seperti yang kita tau bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang begitu sensitif. Memang semakin dewasa maka perkembangan akan semakin luas, tetapi masa kanak-kanak adalah masa dimana kita mempatri pelajaran serta sifat-sifat yang diajarkan oleh orang tua maupun lingkungan kita berada. Jika pada masa kanak-kanak mereka sudah diyakini tentang bakat mereka, maka hal tersebut bisa saja menimbulkan kejadian diatas. Setiap anak lahir dengan keistimewaan masing-masing. Walau begitu, bukan berarti mereka tidak bisa melakukan diluar apa yang mereka kuasai. Terlalu percaya bakat bisa membuat mati akan perkembangan. Penglihatan kita pun akan menjadi sempit dan penuh rasa takut akan gagal.

    Kemampuan manusia untuk belajar adalah hal yang begitu hebat dari tuhan yang maha esa. Berkat kemampuan tersebut kita bisa mempelajari apapun yang kita mau, bahkan kita bisa memilih apa yang kita sukai. Mencintai dan melakukan apa yang kita minati merupakan suatu keuntungan. Tidak banyak orang yang bisa hidup dengan melakukan apa yang ia sukai. Walau begitu, untuk menemui hal tersebut tidaklah mudah. Selalu banyak rintangan untuk mencapai kesuksessan. Steorotype-steorotype yang bertebaran akan membuat kita semakin susah dalam memilih jalan. Ditambah dengan diri kita yang tidak fokus akan tujuan, maka makin mempersulit hal tersebut. Kamu bisa menjadi apa yang kamu mau. Tidak peduli bakatmu sebagai apa, tidak peduli kemampuanmu dalam bidang apa, tidak peduli kamu berasal dari mana. Semua orang berhak belajar dan berkembang dengan pilihannya. Jangan pernah menjadi orang yang terpaku dalam satu perkataan. Fokus harus menjadi prinsip. Tetapi fokus jangan dijadikan alasan tidak mau berkembang. Mencoba apapun itu adalah pilihan paling bijak untuk merasakan kepuasan. Jika gagal, setidaknya sudah mengetahui rasanya.